KISAH INSPIRATIF: Mak Oto, Pedagang Sayuran Keliling di Tasikmalaya yang Rutin Melaksanakan Ibadah Kurban

- 1 Juni 2024, 12:31 WIB
Mak Oto, pedagang sayuran keliling di Kota Tasikmalaya yang rajin berkurban tiap tahun.
Mak Oto, pedagang sayuran keliling di Kota Tasikmalaya yang rajin berkurban tiap tahun. /kabar priangan/Eris Rismawan

KABAR TASIKMALAYA - Melaksanakan kurban  merupakan salah satu ibadah yang sangat besar pahalanya bagi umat muslim. Semua umat Islam tentunya mempunyai keinginan untuk melaksanakan ibadah kurban dan berbagi dengan sesama.

Berbagai cara dilakukan untuk menunaikan ibadah kurban. Ada yang perorangan, ada juga yang dilakukan secara rereongan, yaitu satu ekor sapi untuk tujuh orang.

Setahun sebelum hari raya Idul Adha, biasanya panitia kurban akan menjaring 7 orang peserta kurban dengan sistem angsuran yang ditentukan, tergantung harga sapi yang akan dibeli.

Seperti yang dilakukan oleh  Mak Oto seorang nenek yang sehari-hari berjualan sayuran jadi. Dengan tekad yang kuat dan keinginannya untuk berkurban, ia berhasil mengumpulkan uang untuk mengikuti program kurban setiap tahunnya.

Baca Juga: Kisah Inspiratif Muham, Anak Yatim Kelas 4 MI di Bogor. Kisah Hidupnya Mirip Lagu Sore Tugu Pancoran Iwan Fals

Padahal jika dihitung dari labanya dengan berjualan “rencang” berkeliling  Gunung Cariu Tasikmalaya, tentu tidaklah besar. Paling besar, uang hasil berjualan sayuran jadi tersebut hanya untuk menunjang keperluan hidupnya sehari-hari.

Namun berkat tekadnya yang gigih, Mak Oto berhasil menyisihkan sebagian keuntungannya dari berjualan untuk ikut rereongan kurban sapi. "Alhamdulillah setiap tahun saya bisa melaksanakan kurban dengan uang hasil keringat sendiri, dengan menyisihkan uang hasil jualan rencang keliling kampung," ungkapnya.

Mak Oto mengatakan, setiap hari ia berjualan rencang nasi keliling kampung untuk menutupi kebutuhan sehari-hari. Pekerjaan tersebut ia jalani semenjak ditinggal almarhum suaminya. Meskipun anak-anaknya sempat melarang karena merasa kasihan dengan dirinya, namun ia mengaku, tetap menjalani pekerjaan tersebut karena tidak mau menggantungkan hidup dan membebankan kepada anak-anaknya.

Dagangan yang ia jual sehari-hari bukan bikinan sendiri, akan tapi mengambil dari tetangganya, lalu ia jual dengan mengambil keuntungan rata-rata Rp500 per bungkus.

Halaman:

Editor: Zulkarnaen Finaldi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah