Network
KABAR TASIKMALAYA - Kolaborasi pemerintah dan masyarakat dalam menyisasti tingginya angka stunting, di wilayah priangan timur menjadi sebuah keniscayaan. Mesti ada program yang dirancang dengan jangka waktu yang tidak pendek serta memerlukan komitmen jangka panjang dan berkelanjutan.
"Angka stunting di Tasikmalaya dan Garut masih tinggi diatas rata-rata nasional. Meski begitu, prevalensi di dua daerah tersebut sudah menurun sangat baik, sehingga membutuhkan penanganan berkelanjutan untuk menekan angkanya, " kata Anggota Komisi IX DPR RI, Nurhayati.
Pernyataan itu ia sampaikan dalam acara Program Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) bertajuk "Program Percepatan Penurunan Stunting dan 5 Konsep Siklus Kehidupan" yang digelar di Gedung Rukandi, Lapangan Udara Wiriadinata, Kota Tasikmalaya, Rabu (11/10).
Dikatakan dia, faktor penyebab stunting salah satunya adalah praktik pengasuhan yang kurang baik, kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan gizi baik sebelum dan masa kehamilan.
Masalah stunting di Indonesia, kata dia masih sangat cukup tinggi, utamanya pada daerah-daerah yang kondisi ekonomi dan akses ke sumber daya kesehatan terbatas. Selain itu menurut Nurhayati 70 persen kasus stunting terjadi karena faktor sensitif, lingkungan yang kumuh, sanitasi yang kurang baik dan sebagainya.
Terkait hal itu, pihaknya akan mengupayakan peningkatan program gizi, pelayanan kesehatan yang baik bagi ibu dan anak, program sanitasi bersih, dan sebagainya. "Tapi tentu saja kita masih harus bekerja keras untuk menekan angka stunting," tandasnya.
Baca Juga: Jumlah Korban Keracunan Sate Jebred di Garut dan Tasikmalaya Bertambah Jadi 39 Orang
Legislator dari Dapil Jawa Barat XI menegaskan bahwa selama ini Ia selalu berupaya semaksimal mungkin dalam menurunkan angka stunting dengan menggandeng pihak yang terkait. Hal ini dilakukan agar tumbuh kembang anak sebagai generasi penerus bangsa bisa berjalan dengan baik dan sehat.
