Syiar Ramadhan: Menuju Kesempurnaan Ibadah Puasa

- 20 Maret 2024, 06:00 WIB
Syiar Ramadhan: Menuju Kesempurnaan Ibadah Puasa
Syiar Ramadhan: Menuju Kesempurnaan Ibadah Puasa /disain grafis: Arief Annoer Falah/

 

KABAR TASIKMALAYA - Menurut Imam Al-Ghozali dalam kitabnya yang terkenal Ihya Ulumuddin, dijelaskan tentang hebatnya orang yang berpuasa manakala dilaksanakan dengan kesungguhan hati. Beliau menjelaskan ada tiga tingakatan orang yang berpuasa yakni al-umum (keumuman) al-khos (khusus) dan khos al-khos (sangat istimewa)

Puasa Al-umum (yang bersifat umum) adalah puasa yang dilakukan sesuai apa yang disyare’atkan yakni menahan rasa lapar, dahaga termasuk nafsu birahi dari terbit fajar (subuh) hingga terbenam matahari (magrib). Puasa seperti ini dilakukan kebanyakan orang dalam menjalankannya penuh dengan semangat dan pengharapan akan pahala yang besar dan tidak lebih dari puasa fisik dan hanya memenuhi ketentuan hukum secara fikih tidak bersifat syumuliyyah (konfrehensif).

Puasa al-khos (khusus) adalah puasa yang dilakukan kabanyakan orang seperti halnya pada umumnya hanya puasa khos ini dilengkapi dengan puasanya panca indra dan anggota tubuh dari perbuatan yang munkarat. Sehingga puasa khusus ini memerlukan beberapa langkah untuk mencapai kesempurnaan ibadah puasa diantaranya:

Pertama shumul ‘ain (puasa penglihatan), yakni menjaga pandangan mata selama berpuasa dari hal-hal yang bisa melalaikan dan dzikir kepada Allah SWT.

Baca Juga: Syiar Ramadhan: Akselerasi Ketaqwaan Melalui Ramadhan

Kedua shumul qouli (puasa ucapan), yaitu bagaimana kita bisa menjaga lisan dari ucapan-ucapan yang bisa menyebakan rusaknya pahala berpuasa seperti ucapan bohong, menghina orang lain, menyinggung orang, berkata kotor atau jorok (rofats) yakni alfakhsa fil qaouli (rusak nya ucapan).

Akan tetapi yang namaya puasa dari sisi ucapan adalah bagaimana memelihara lisan kita tetap dzikir dan selalu membaca alQur’anul Karim (tadarus).

Ketiga shumul udzun (puasa pendengaran), bagaimana dalam melaksanakan puasa kita bisa menjaga pendengaran kita dari gossip-gosip yang tidak berguna atau berita-berita yang sifatnya menjelekan seseorang, menjatuhkan seseorang atau berita bohong serta  mendengarkan lagu yang jauh dari ketauhidan dan menjauhkan dari dzikir kepada Allah seperti orang-orang Yahudi yang suka mendengar berita bohong.

Halaman:

Editor: Zulkarnaen Finaldi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah