Siti Hajar ikhlas menerima takdir Allah yang Maha Agung, Maha menghidupkan dan mematikan, walaupun kenyataan pahit ujian semacam itu amat berat dirasakannya. Sehingga kemudian pengabdiannya tidaklah sia-sia, nuraninya telah diilhami oleh kenyataan-kenyataan hidup yang hakiki untuk mencapai rahasia-rahasia hikmah dan hakikat alam yang telah ditemuinya.
Dari sinilah asas ideologi Islam lahir yang kemudian dilanjutkan oleh Nabi terakhir Muhammad saw, sebagaimana Nabi Ibrahim telah menegakkan bendera tauhid dipersada alam ini, telah menyeru ummat manusia agar meninggalkan kepercayaan-kepercayaan yang sesat, untuk menuju kepada `aqidah yang benar, ideologi yang murni, agama yang lurus.
Sebagaimana firman Allah dalam Al quran yang artinya : “Katakanlah; benarlah (apa yang difirmankan) Allah. Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik.” (QS. Ali Imran : 95).
Utusan Allah yang satu ini, telah berhadapan dengan manusia-manusia sesat, tradisi dan kultur yang terikat dengan ribuan batu-batu yang mereka sembah dan dipuja-puja, serta bermacam berhala dan patung yang dianggap sebagai Tuhan. Sehingga kemudian Ibrahim mengadukan kepada Allah ketika berhadapan dengan manusia-manusia yang tersesat itu. Seperti dijelaskan dalam Al quran berikut ini :
“Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan dari pada manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku dan barangsiapa yang mendurhakaiku, maka sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ibrahim : 36).
Baca Juga: Mantan Kader Gerindra Semakin Mantap Maju Bersama PAN di Pilkada 2024
Kisah Nabi Ibrahim as dengan puteranya Ismali as telah menjadi pertanda berita kebenaran langit dan bumi, yang telah menunjukkan kekuasaan-Nya dengan menampakan mu`zijat Nabi Ismail as ketika memancarkan air zam-zam ditengah padang yang tandus dan gersang. Kemudian do`a Ibrahim as ketika memasrahkan anak dan isterinya dalam pemeliharaan Allah, telah makbul disisi-Nya. Dan Al quran telah mengabadikan do`a Ibrahim tersebut:
“Wahai Tuhan kami, kutinggalkan sebagian keluargaku di lembah yang tak bertumbuhan ini, di sisi rumah-Mu Baitul Haram. Wahai Tuhan kami, agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah rizki mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS. Ibrahim : 37).
Kekuasaan Allah telah diperlihatkan-Nya dibumi Mekkah, tanah yang tandus dan kering kerontang telah berubah menjadi subur dan makmur dengan memancarnya mata air zam-zam hingga kini tak pernah surut. Tempat yang sunyi sepi ini menjadi ramai karena dihuni oleh banyak manusia, tanah suci Makkah Al-Mukaromah dan kini setiap tahun berduyun-duyun ummat Islam berdatangan dari semua penjuru dunia menziarahi ka`bah rumah Allah untuk berthawaf, menunaikan ibadah haji.