Anak Jalanan dan Gelandangan Masih Jadi Potret Kusam Kota Santri

- 2 Mei 2024, 19:10 WIB
Mahasiswa STIA berbincang dengan sejumlah anak putus sekolah yang terpaksa mengais rezeki di jalanan kota santri.*
Mahasiswa STIA berbincang dengan sejumlah anak putus sekolah yang terpaksa mengais rezeki di jalanan kota santri.* /Kabar-tasikmalaya.com/dok istimewa

 

KABAR TASIKMALAYA - Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam BEM STIA YPPT Priatim Tasikmalaya.mengisi kegiatan hari buruh alias May Day dengan menggelar aksi sosial pada Rabu 1 Mei 2024. Mereka menyisir kawasan jalanan dari mulai jalan Dokter Soekardjo hingga HZ.Musthopa menyapa sejumlah anak jalanan, pemulung hingga gelandangan dari pagi hingga malam hari.

Mereka pun memberikan bantuan berupa sembako dan uang yang diperoleh dari urunan jajaran Pengurus BEM dan mahasiswa perguruan tinggu tertua di Tasikmalaya itu. Kegiatan itu juga mereka lakukan sebagai bahan observasi karena mendengar bahwa kalangan seperti anjal, pemulung dan gelandangan yang selama ini jadi korban kesalahan perlakuan.

"Ternyata setelah dicek, banyak dari mereka yang tidak tersentuh bantuan, sehingga terpaksa mengadu nasib di jalanan," kata Satia Putra Wibawa, Presiden Mahasiswa STIA Rabu malam. Rangga dan Rendi, dua orang remaja putus sekolah terpaksa mengais rejeki dengan menjadi badut karena tak ada biaya saat duduk di bangku sekolah menengah pertama.

Baca Juga: Lawan Timnas Irak di Piala Asia U23, Skuad Timnas Indonesia Tak Diperkuat Rizky Ridho. Ini Janji Rio Fahmi

Orang tua mereka tak mampu membiayai sekolah, sehingga diminta orangtuanya untuk membantu mencari penghasilan untuk membantu dapur keluarganya. "Ya dari pagi hingga malam, saya jadi badut dengan penghasilan tak menentu. Adapun kostum yang saya pakai didapat dengan cara sewa sebesar Rp 30 000 per hari," kata Rendi.

Ia mengaku sama sekali belum pernah menerima bantuan apapun. Kalau dapat bantuan untuk biaya sekolah, kata Rangga, mungkin tak perlu banting tulang menahan terik matahari dan hujan di jalanan .

Mereka adalah potret kusam situasi sosial di kota Tasikmalaya. Padahal mereka harusnya jadi perhatian dari Dinas Sosial Kota tasikmalaya yang mengusung visi "terlayaninya kebutuhan PPKS (Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial)" serta memiliki jargon HEBAT alias Humanis, Empati, Beradab, Adaptif, dan Tulus.

Baca Juga: Pj Wali Kota Tak Ada Saat Aksi May Day, Buruh di Kota Tasikmalaya Kecewa. Ini Sejumlah Tuntutannya

Halaman:

Editor: Irman Sukmana


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah